Ida Khamidah

Saya seorang guru SD Al-Fath Cirendeu, Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Anakku adalah muridku (part 2)

Anakku adalah muridku (part 2)

#Tantanganmenulis30hari #Tantangangurusianaharike-22

Anakku adalah muridku (part 2)

Tahun pelajaran berikutnya, Si Kakak, begitu aku memanggilnya saat di rumah naik tingkat ke kelas 5. Di saat yang sama, aku juga naik mengajar ke kelas 5 . "Ah, aku sudah terbiasa". Aku sudah melewatinya satu tahun yang lalu. Tahun ini aku pasti bisa" pikirku dalam hati.

Tahun pelajaran sudah dimulai. Kegiatan belajar mengajar seperti biasa kami lakukan. Alhamdulillah, semester pertama mulus tanpa hambatan. Aku tetap menerapkan idealisme yang sama seperti aku lakukan saat anakku kelas 4 yang lalu.

Tengah semester 2 yang lalu, wabah corona datang menerpa dunia. Guru harus mengajar dari rumah. Begitu pula dengan siswa mengharuskan belajar dari rumah.

Tantangan baru pun di mulai. Aku harus menjadi guru bagi murid-muridku juga bagi anakku pada waktu yang bersamaan. Berbagi waktu dan perhatian harus aku lakukan. Namun, terkadang aku harus mengesampingkan kepentingan anakku untuk orang banyak. Dengan maksud, anakku bisa bertanya tentang pelajaran kapan saja karena aku ada di rumah, sementara muridku membutuhkanku di waktu yang terbatas. Aku berharap anakku dapat memahami hal ini. Mohon maaf ya, nak🙏.

Kadang kompromi tak bisa menjadi solusi. Anakku mengeluh karena merasa tidak diperhatikan. Padahal maksudku tidak demikian.

Waktu terus bergulir, hingga musim ulangan pun tiba. Saat-saat seperti ini merupakan puncak keteguhan amanahku diuji. Apakah aku tetap bertahan dengan prinsipku selama ini?

"Tak ada orang lain yang melihat. Anakmu mengalami kesulitan. Ayo beri jawaban kepada anakmu". Pikiran-pikiran liar itu kuhempaskan. Kekuatan prinsip memenangkan ujian amanahku.

Ku biarkan dia menyelesaikan soal ulangan satu demi satu. Ada ketidakpercayaan pada dirinya. Aku berusaha menguatkan keyakinannya. "Bismillah nak, yakin kamu pasti bisa" begitu aku meyakinkannya.

Nak, soal yang hadapi itu memang sulit. Tapi akan lebih sulit menghadapi ujian kehidupanmu nanti. Berjuanglah, jangan menyerah. Apa yang kau perjuangkan hari ini akan menjadi bekal untuk memperjuangkan kehidupanmu kelak. Nilai di atas kertas akan mudah pudar. Namun nilai-nilai kehidupan akan terus tertanam di sanubari.

Alhamdulillah, hasil ulangannya sangat membanggakan. Meski ada sedikit kekecewaan karena ketidaktelitiannya.

Semoga ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Kita masing-masing memiliki peran. Lakukanlah peran itu sebaik-baiknya dengan memegang teguh prinsip dan nilai-nilai kehidupan.

Pamulang, 6 Juni 2020 14 Syawal 1441 H

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah sama bu... di rumah saya juga dengan murid dan anak saya.. bedanya kalau ujian online tidak pernah mau untuk dibantu... jadi saya biarkan dan beri semangat berjuang...

06 Jun
Balas

Alhamdulillah ya ibu. Iya sama bu. Biarkan dis mengerjakannya mandiri. Saya hanya menyemangati saja. Terima kasih ibu sudah berkunjung. Salam kenal

07 Jun

kayanya seru bu di kelas nya.. salam literasi

06 Jun
Balas

Iya Pak seru. Macam2 karakter anak. Terima kasih pak sudah berkunjung. Salam kenal

07 Jun



search

New Post