Ida Khamidah

Saya seorang guru SD Al-Fath Cirendeu, Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Liburan Mendadak ke Yogya (15) Wisata Religi Ke Masjid Gedhe Kauman

#Tantanganmenulis60hari

#Tantangangurusianaharike-54

Liburan Mendadak ke Yogya (15)

Wisata Religi Ke Masjid Gedhe Kauman

Alhamdulillah, kami tak sulit menemukan abang becak kembali. Kami memberhentikan dua abang becak yang sedang melaju. Waktu salat Jum’at semakin dekat. Setelah tawar-menawar tarif kami segera melanjutkan perjalanan menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.

Di sepanjang jalan kami masih menyesali kejadian yang baru saja terjadi. ”Ya, Allah, Ada apa ini?” tanyaku dalam hati. Pagi ini, kami sudah mengalami dua kali kejadian yang tidak mengenakan. Ya Allah, kami berlindung padamu. Semoga abang becak yang membawa kami tadi mendapat rezeki berlebih karena sedekahnya kepada kami” doaku mengiringi perjalanan menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.

***

Kami sudah sampai di lokasi komplek Masjid Gedhe Kauman. Kami masih kebingungan di mana persisnya letak masjid itu berada.

“ Yah, di mana masjidnya?” Aku mencari masjid yang dimaksud

Sebuah papan informasi raksasa berdisi tegap tepat di sebuah pintu masuk bangunan. Papan ini berisi informasi kegiatan yang diadakan di masjid pada umumnya. Papan ini memberi petunjuk atas pertanyaan kami.

“’Ah, itu dia masjidnya” terjawab sudah pertanyaanku

Komplek ini tampak di kelilingi oleh bangunan-bangunan kokoh nan menjulang tinggi. Dilihat dari gaya arsitekturnya, bangunan ini telah hidup pada ratusan tahun yang lalu. Masya Allah, kami sangat bersyukur bisa singgah di masjid yang bernilai sejarah dalam perkembangan Islam di Yogyakarta ini.

Waktu salat Jum’at masih sekitar satu jam lagi. Kami masih punya cukup waktu untuk rehat sejenak. Terlihat beberapa kedai makanan dan minuman berderet di area ini. Warung es cendol tampaknya menggugah lidah kami. Rasa haus yang mendera membuat kami memilih kedai ini sebagai tempat peristirahatan sementara kami.

Tampak wisatawan lainnya mulai memadati lokasi ini. Waktu salat Jum’at semakin dekat. Kami segera menghabiskan sisa cendol di gelas. Si Ayah segera memasuki masjid. Sambil menunggu, Aku, kakak, dan ade berkeliling area komplek masjid. Tampak pedagang cenderamata menggelar dagangannya persis di depan pintu utama komplek masjid ini. Aku pun membeli beberapa pernak-pernik sebagai oleh-oleh. Sesekali aku berbincang dengan pedagang itu. Bertanya langsung tentang lokasi wisata lainnya di sekitar masjid ini.

Sebenarnya setelah dari masjid ini, kami ingin mengunjungi Keraton Yogyakarta. Namun, menurut informasi hasil wawancara dengan pedagang tadi jam operasionalnya hanya sampai pukul 2 siang saja. Sementara kami masih menunggu salat Jum’at berakhir. Aku memutuskan untuk mendiskusikanya kembali dengan suamiku selesai salat Jum’at nanti.

Kami duduk-duduk di teras perpustakaan area komplek masjid. Ceramah dari Khotib terdengar jelas dari pengeras suara. Aku masih ingat isi khutbah siang itu, Beliau menjelaskan tentang bagaimana menciptakan generasi yang baik dimulai dari kehidupan keluarga. Sungguh beruntung kami bisa menyimak ceramah ini. Meskipun sedang berlibur namun tetap mendapat siraman qolbu. Tiba-tiba hujan deras mengguyur bumi Yogyakarta siang itu. Kami beserta wisatawan lainnya beranjak naik ke teras perpustakaan untuk berteduh.

Waktu salat Jum’at telah selesai. Rintikan hujan masih membasahi para jama’ahnya. Segera kugendong Si Ade, sementara Si Kakak berjalan beiringan sambil membentangkan payung yang kami bawa. Lalu kami menerobos masuk ke dalam masjid itu. sesampainya di dalam masjid, segera kutemui suamiku untuk bergantian menjaga Ade. Sementara aku dan kakak melakukan salat zuhur dan Asar secara jamak qosor.

Untuk ke Keraton Yogyakarta sepertinya tidak memungkinkan. Jam operasionalnya sebentar lagi habis. Karena itu, kami masih ingin menikmati suasana di Masjid Gedhe Kauman ini. Tak lupa kami berfoto di depan masjid ini. Kemudian, Aku menunjukkan kepada suamiku bahwa ada banyak penjual cenderamata, barangkali suamiku tertarik untuk melihatnya. Benar saja, suamiku tertarik untuk membeli blankon jawa dan kaos sebagai kenangan. Harganya pun cukup terjangkau. Saat melangkahkan kaki keluar pintu utama, kami tertarik kepada seorang nenek penjual bakulan. Nenek itu sangat rapi dengan kebaya dan kainnya. Beliau masih terlihat segar walau usianya tak lagi muda. Kami pun membeli kacang goreng dan pisang rebus dalam bakulannya. Lalu tak lupa untuk mengambil gambar bersamanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih, Pah Musdar

10 Jul
Balas

Luar biasa. Salam Literasi.

08 Jul
Balas



search

New Post